AKU DAN REMPAH
Media: Digital (60 x 85)
Selama ini aku tidak pernah sadar betapa besarnya peran rempah, terutama di Indonesia.
Karena tanpa rempah, makanan tidak memiliki rasa khasnya masing-masing.
Tanpa rempah, obat-obatan herbal menghilang.
Tanpa rempah, hampir seluruh sejarah Indonesia merdeka tidak pernah terjadi.
Semua ini mulai dari hal sepele yang kita beli setiap hari di warung, rempah.
Ku menyesal karena tidak menyadari hal ini sebelumnya, tidak mengapresiasi rempah, tidak peduli tentang rempah. Bahkan tidak ingin tahu, karena ku anggap hanya bahan-bahan di dapur. Selama ini aku hanya tau jadi, tidak pernah memperhatikan warna, wangi, dan rasa-rasa unik yang dihasilkan rempah.
Ku sadar, tanpa rempah, mungkin sebagian dari sejarah dan peradaban di dunia ini tidak akan terjadi. Dari asia sampai afrika, masing-masing memiliki makanan khas yang termasuk sebagai kulturnya, tetapi tanpa rempah, makanan khas ini tidak akan ada. Sejarah pengobatan herbal pun tak ada. Ibu jamu yang sering melewati rumahku juga menghilang.
Rempah sudah menjadi bagian dari kehidupan, jadi inilah perasaanku yang ku tuang dalam bentuk gambar. Penyesalan, ketakutan, amarah, dan rasa sayang yang mendalam terhadap rempah.
“Tema pemerannya adalah rempah.”
Setelah mendengar itu, jujur aku panik dan khawatir. Aku tidak mengenal rempah dengan baik dan aku bahkan tidak tertarik dengan rempah sama sekali saat itu. Bagaimana bisa aku menghasilkan suatu karya yang berhubungan dengan rempah?
Kami para perupa sudah diberikan timeline kapan harus selesai konsep, rough sketch, pewarnaan, dsb. Tapi selama sebulan lebih, aku habiskan hanya untuk mencari konsep dan menggambar rough sketch disaat yang lain sudah mulai mewarnai di kanvas. Dan dari berlembar-lembar coretan dan catatan, inilah yang ku pilih. Dan sejujurnya, ini jauh dari rencana awalku.
Karena ketertarikanku terhadap sejarah, aku memilih untuk menceritakan sebagian dari sejarah rempah. Aku mulai membaca artikel-artikel dan menonton film-film tentang rempah. Dari situ, aku mendapatkan banyak ide. Tetapi saking banyaknya, aku kesulitan untuk memilih. Selain itu, yang diluar dugaanku, aku sangat kesulitan menuangkan informasi dan cerita yang kumiliki ke dalam gambar.
Karena saking lamanya aku mencari sketsa untuk konsepku, aku mulai tidak menikmati ini. Apalagi dengan berbagai kegiatan yang harus ku lakukan semasa pembuatan karya, aku sempat menyerah dan meninggalkan sketchbook ku. Bahkan, ada satu waktu dimana ku pikir aku akan memundurkan diri dari pameran. Tetapi kesempatan ini belum tentu akan datang lagi, dan aku sudah berjanji dengan diriku sendiri untuk menyelesaikan karyaku.
Jadi, aku putuskan untuk mengganti konsepku menjadi satu hal yang ku paling nikmati dan familiar, yaitu menuangkan perasaanku ke dalam gambar. Aku cukup mengenal diriku, aku hanya perlu mengeluarkan apa yang kurasakan tentang rempah ini. Ku buat konsep dan rough sketch hanya dalam sehari, dan aku cukup puas.
Menggambar ini terasa jauh lebih natural dibanding yang sebelumnya, aku juga menikmatinya.
Dari kecil Syahba lebih menonjol dalam bidang akademik di sekolahnya. Pada saat SD, Syahba mulai menunjukan minat pada bidang bahasa dan menggambar. Minat tersebut terlihat makin sering ditekuni Syahba pada saat usia SMP. Sehingga setelah lulus SMP, atas dasar keinginan nya sendiri Syahba memilih untuk melanjutkan sekolah dalam bentuk Homeschooling agar dapat lebih fokus ke bidang diminati.
Seni desain visual seperti photoshop menjadi pilihan pertama Syahba. Membuat brosur, spanduk, logo dan berbagai alat promosi untuk @bimbel_tikitaka dan @payoncitifoundation menjadi proyek pertama Syahba. Selain itu Syahba juga terlibat dalam kegiatan pembuatan kurikulum Bahasa Inggris di @bimbel_tiki taka
Pada tahun kedua Homeschooling, minatnya bertambah setelah dia menemukan hal baru tentang komputer sains. Kemudian Syahba mulai menekuni bidang programing aplikasi. Syahba mendapat kesempatan mengikuti pelatihan building mobile application bersama @Tokopedia dengan membuat aplikasi peduli lingkungan bernama @Eco yg dilakukan bersama temannya. Dan juga Syahba mendapat kesempatan untuk pelatihan sebagai developer bersama @DiloJakarta di bawah pengawasan @Telkom dan @Kemenpora. Saat ini seolah olah dunianya penuh dengan angka.
Walau demikian, sketch book dan pensil tidak pernah lepas dari kesehariannya. Syahba akan menggambar ketika dia sedih, marah, senang atau bosan terhadap sesuatu hal. Syahba juga akan menggambar ketika dia sedang pusing melaksanakan tugas programingnya. Sebaliknya, Syahba terlihat antusias melaksanakan tugas programming ketika dia lelah melakukan tugas menggambarnya.
Bagaimanapun, bagi Syahba menggambar adalah her stress relief and the way she expresses her feelings.
Silakan meninggalkan pesan untuk perupa agar lebih semangat berkarya.