抹茶 ( MUO CHA )
Media: Digital A1 – (59,4 x 84 cm)
6.000 tahun yang lalu, di Cina. shennong seorang petani sedang mencari biji – bijian dan rempah yang bisa dimakan. Dengan tidak sengaja dia meracuni dirinya 72 kali dan tiba – tiba sebuah daun melayang dan masuk kemulut nya dan dia langsung sembuh. ( padahal teh tidak menyembuhkan racun)
Dan pada saat itu lah shennong menemukan Matcha. Matcha sangat populer dizaman nya selalu disebut sebutkan di buku dan puisi dan kesukaan para kaisar. Di abad ke 9, dinasti Tang seorang biksu dari jepang membawa daun matcha pertama yang masuk ke jepang. Jepang akhirnya membuat ritual mereka sendiri terhadap teh matcha dan itu mengarah ke terlahirnya upacara minum teh ( Sado 茶道)
Pembuatan teh matca tidaklah sulit hanya saja untuk mendapatkan kualitas yang bagus matcha harus dijaga dengan sangat baik. Dari penumbuhan tunas baru, waktu pemetikan, pengukusan, pengeringan, Penghalusan, dan cara penyajiannya.
Referensi:
– TED-Ed “The history of tea – Shunan Teng”
– Tasty Japan “-茶道 – Japanese Tea Ceremony -”
– jstsciencechannel “THE MAKING (English version) (269) the making of matcha and Bamboo Tea Whisks”
Konsep pertama ku bukanlah teh matcha melainkan rempah- rempah yang akan dijadikan manusia atau humanoid rempah- rempah. Saat itu aku berdebat dengan diriku sendiri tentang style gambarku. Sejak awal aku mengikuti pameran pun aku sudah merasakan itu “Apakah style anime/manga ini bisa mendapatkan perhatian ?” atau “apa boleh diriku berkarya menggunakan style ini?” “Apa style yang ku usahakan selama ini sia-sia?” perdebatan ini terus berlanjut sampai di titik dimana aku berpikir untuk menyerah.
Disaat itu aku tidak tau bagaimana bilang kata “menyerah” ini kepada mentor-mentor yang menunggu karya ku akhirnya karena tidak berani aku pun meminta bantuan dari bundaku untuk mengatakan nya kepada mentorku, Kak Vanda. Aku pun merasa agak lega karena ku pikir setelah ini aku bisa bebas dari pertanyaan-pertanyaan itu tapi ternyata tidak.
Kak Vanda tetap meyakinkan ku kalau aku itu kuat menghadapi tekanan yang aku rasakan saat itu dan memberi ide lain yang menurut ku sangat cocok untuk style ku. Kak Vanda menganjurkan untuk membuat karya yang berhubungan dengan teh “Matcha”. Dan disaat itu lah perjalanan yang menguji kekuatan kesabaran ku sebagai seorang Artist.
Konsep, aku mencari ide lewat Pinterest, teman sejati seorang artist. Aku juga berkonsultasi kepada mentor-mentor tentang ide ku. Setelah menemukan ide langsung ku gambar menggunakan Wacom tablet ku. Setelah itu aku bingung mau diapakan lagi.. karena ada sedikit keraguan aku pun membuat sketch yang lain.
Hari rabu adalah hari pertemuan untuk anak OASE disaat itu juga kami anak jurup (Juru Rupa) bertemu dan saling sharing karya masing-masing. Saat ku perlihatkan Konsep ku yang ku buat karena ragu, mentor-mentor agak bingung dengan alurnya tetapi gambarnya sangat detail dan bagus. Dan aku perlihatkan konsep ku yang pertama yang kubuat sangat asal asalan reaksinya mentor suka dengan idenya. Mereka bilang bagaimana jika keduanya digabung. Ok aku gabung.
Dan dari situ aku mulai sketch, easy. Terus dilanjut dengan lining, lumayan lah. Yang terakhir coloring hal paling SUSAH dan yang paling ku khawatirkan. Kenapa? Mungkin karena coloring skill ku belum bagus dan sempat juga menyerah beberapa kali. Dan aku pun bilang akan menyerah di depan kak Nina dan Bundaku. Tapi kak Nina tidak memperbolehkan ku menyerah begitu saja dia juga meyakinkan ku kalau aku bisa menyelesaikan karya ku.
Dan ya aku selesai, walau aku harus pergi jauh ke tasikmalaya untuk belajar menjadi warga desa ber eksplorasi disana tanpa membawa gadget dan sedikit refreshing dari menggambar karya ku. Dan walaupun aku harus menangis untuk meringankan kepala ku yang sudah banyak pikiran. Tapi at the end aku selesai melewati tu semua dan aku bangga aku sudah selesai. Yang penting selesai.
Terima kasih.
Ini adalah pameran kedua yang mungkin lebih nerves dan lebih stress dari yang pertama.
Aku nerves karena aku harus bisa menjelaskan apa yang aku gambar sama orang asing rasa nya ingin sekali aku pergi keluar kota dengan beralasan tidak ingin ikut saat pameran berlangsung tapi gak bisa…
Selama pameran berlangsung aku harus berdiri dengan malu dan harus bisa menyapa duluan itu susah banget! Aku selalu menyempatkan diri agar bisa menghindar dengan alasan- alasan receh ku.
Tapi dari situ aku bisa melihat seberapa parah nya aku dalam berkomunikasi di depan orang yang gak ku kenal. Ternyata parah sekali.
Selesai pameran aku langsung mendaftarkan diri pada kegiatan apapun (yang masih masuk kegiatan menggambar pastinya) untuk berlatih public speaking ku dan nonton banyak video tentang “berbicara”.
Karena mungkin suatu hari nanti aku akan diajak menjadi tamu talkshow di sebuah acara.
Khansa Fathiyah Hawanisandi tertarik menggambar seingat saya sejak kecil. Namun saya menyadari dia serius menggambar sejak SD kelas 3, dia sering menggambar komik serta menulis ceritanya pada lembaran kertas dan cukup rapi.
Pada Usia 12 tahun mulai menggunakan alat gambar digital, dan semakin serius dengan hobinya.
Selain seni menggambar, Khansa juga tertarik pada dunia seni lainnya. Diantaranya menyanyi, memainkan alat musik (gitar dan ukulele), ada juga kegiatan mencukil lino dimana Khansa pernah mengikuti event sebagai peserta terbaik yang diadakan Fakultas Seni Rupa IKJ tahun 2017.
Bergabung dengan Juru Rupa Oase sejak setahun lalu di bawah bimbingan para mentor, dan bersyukur hari ini bisa menggelar pameran karyanya yang kedua. 😊
Silakan meninggalkan pesan untuk perupa agar lebih semangat berkarya.
2 Replies to “Khansa”
Ide kreatif,gambarnya keren
Sukses selalu
Comments are closed.