DAPUR REMPAH
Media: Digital, cetak di atas kertas albatros
4x (30 x 42cm)
Siapa yang bisa menolak aroma teh yang menguar dari ceret panas?
Bahkan pak petani yang berjalan melewati jendela pun tak kuasa untuk tidak menghidunya.
Hari ini, Nenek menyajikan makanan kaya rempah yang nikmat. Ada nasi gudeg, ikan bandeng rempah, sambal, wedang jahe, dan minuman buah pala.
Siapa yang ingin makan bersama Nenek?
Aku memilih untuk membuat karya untuk pameran ini dengan konsep simpel, seperti illustrasi. Aku sedang menyukai illustrasi yang ada di buku cerita anak, terutama yang dibuat dengan watercolor.
Biasanya aku tidak menggambar seperti yang kubuat dalam pameran Spice Space ini. Bisa saja aku menggambar orang yang fitur tubuhnya lebih proporsional dan dengan warna yang lebih detil. Namun aku mencoba untuk keluar dari comfort zone. Walaupun masih belajar untuk menggambar dengan style simplistic aku tetap ingin orang melihatku menggambar dengan style berbeda.
Awalnya aku ingin membuat gambar tentang betapa berharganya rempah-rempah. Tapi karena konsepku belum jelas dan berantakan, aku tidak jadi membuatnya.
Lalu aku mendapat inspirasi ketika sedang browsing tentang rempah-rempah di internet. Dan aku melihat kalimat “spices bring taste and warmth to the table” atau “rempah membawa rasa dan kehangatan ke meja makan”. Ini kemudian menginspirasiku untuk membuat konsep sesuai dengan gambar yang kubuat ini.
Sebelumnya aku merencanakan untuk membuatnya dengan watercolor, agar nilai seninya lebih terasa. Tapi entah kenapa, di tengah jalan motivasiku hilang. Aku masih ingin melanjutkan menggambar tapi setiap kali melihat gambarnya, timbul rasa malas. Aku malah menggambar yang lain yang bukan projectku ini secara digital.
Pertemuan terakhir dengan para mentor membuat motivasiku bangkit lagi. Kakak-kakak mentor memberiku saran untuk menggambar secara digital saja, karena waktuku sudah tidak banyak. Saat itu aku harus mengikuti program eksplorasi selama seminggu.
Jadi aku benar-benar mengebut pekerjaan untuk bisa selesai. Butuh waktu sekitar 5-6 hari untuk menyelesaikannya. Kalau saja aku membuat gambar digital sejak awal, mungkin gambarku bisa lebih detil. Tapi sekarang waktuku tidak banyak. I could’ve drawn better, but I’m still proud of the one I have now.
Cerita di gambarku ini cukup sederhana. Aku bagi dalam empat frame terpisah. Di setiap frame aku menjelaskan agar orang bisa tahu apa yang sedang terjadi di gambar ini.
Ada seorang nenek sedang makan berhadapan dengan cucunya. Lalu ada dapur berantakan yang berarti baru saja digunakan. Ada pekerja yang melongok ke dalam ruangan melalui jendela karena mencium aroma teh yang berasal dari ceret di atas kompor. Juga ada seekor kucing yang bergantung di pinggir meja untuk mencuri ikan, namun tidak terlihat baik oleh si nenek maupun cucunya.
Aku menikmati proses menggambar digital ini. Satu hal yang aku pelajari dalam proses menggambar untuk pameran ini, yaitu jangan menunda-nunda pekerjaan.
Ada dua kata untuk mendeskripsikan pameran ini. Satu, menegangkan. Aku harus memajang gambar yang aku buat di dinding yang bisa dilihat oleh banyak orang yang tidak aku kenal. Ditambah lagi aku harus berbincang dengan orang asing!
Kedua, menyenangkan! Walaupun aku tegang, perasaan yang aku rasa dari saat loading barang sampai day two, itu senang. Aku senang bisa berbicara kepada orang yang tidak aku kenal, walaupun masih kaku. Dan aku senang orang lain bisa melihat karyaku. Bisa dibilang selama ini aku selalu “menyembunyikan” gambar-gambar yang aku buat. Dan sama sekali tidak ingin memperlihatkan karyaku. Pameran ini yang akhirnya membuatku lebih pede dengan gambarku. Aku tidak tahu apakah ada orang yang tidak menyukai gambarku, tapi aku dengan jelas bisa melihat bahwa ada cukup banyak orang yang suka dengan apa yang aku gambar.
Saat aku memperhatikan gambarku yang sudah jadi, ada banyak kekurangan. Ada juga bagian-bagian yang salah dan membuatku sangat ingin untuk memperbaikinya. But overall I’m happy.
Sejak kecil, Kayyisha suka membaca buku dan bercerita. Gambar yang dia buat sejak usianya 4 tahun berupa story telling, atau gambar yang bercerita. Meskipun Kayyisha mempunyai beberapa minat lain, yaitu memasak dan berpetualang, dia tidak pernah meninggalkan dunia menggambar.
Saat ini, Kayyisha senang berlatih menggambar menggunakan tablet. Membuat ilustrasi cerita merupakan cita-citanya. Buku sketsa adalah salah satu benda yang senantiasa dia bawa setiap kali berpergian. Alam dan human interest adalah sumber inspirasinya dalam menggambar.
Bergabung bersama perupa muda di Juru Rupa Klub Oase merupakan salah satu cara untuk melatih skill-nya. Apalagi dengan mentor yang luar biasa, Kayyisha merasa terus termotivasi untuk bisa menghasilkan karya dalam pameran Spice Space ini.
Silakan meninggalkan pesan untuk perupa agar lebih semangat berkarya.
2 Replies to “Kayyisha”
Wah Kayyisha kemajuannya pesat sekali… karya tematiknya kereen hehehe
Good job ^^ b
Terima kasih Tante Dini, guru yang memperkenalkan Kayyisha dengan keasyikan bermain cat air. Gambar utk pameran ini sedianya pakai cat air, tapi krn kejar2an waktunya jd pindah haluan pakai digital.
Comments are closed.