Ketika kebutuhan mencorat-coret bertemu dengan keinginan mengaktualisasi diri.
Saat sebuah tema yang tak populer bersambung dengan jiwa muda yang merdeka.
Ruang yang terbuka luas untuk imajinasi dan ketrampilan yang tengah diasah.
Anak-anak berkarya dan orangtua menjadi teman seperjalanan.
_______________
Siang itu, 26 Juli 2019,
kami 3 mentor kegiatan Seni Rupa di Pramuka Klub Oase menutup perbincangan dengan rencana program selama 4 bulan di semester kedua tahun 2019.
• Membuat saringan karya
• Mempersiapkan kelas basic
• Membuka kesempatan Pameran untuk anak-anak yang lolos saringan karya.
Lengkap dengan timeline dan tema pameran yang sepakat kami pilih; Rempah.
Tema ini kami sesuaikan dengan tema program Eksplorasi di Pramuka Oase yang diikuti pula oleh sebagian peserta Juru Rupa.
Senang sekali ketika adik2 Juru Rupa antusias menghadiri pertemuan pertama di area CFD Jakarta dan mengerjakan karya pensil yang kami jadikan saringan menuju pameran.
Semua karya keren!
Namun kami ‘harus’ mengkasifikasi kemampuan mereka berdasarkan penguasaan teknik untuk memudahkan pengerjaan karya yang akan dipamerkan dalam 4 bulan berikutnya.
Dari 19 anak, 13 orang bisa melanjutkan ke tahap ke-2, pengumpulan karya. Karya2 ini yang akan meloloskan mereka ke tahap Persiapan Pameran. Saringan berikutnya adalah komitmen, yang akhirnya menyisakan 9 perupa dengan keinginan kuat menghasilkan karya terbaik mereka.
Pekan2 selanjutnya, kami mulai menemani adik2 menemukan ide, mengembangkan konsep dan memulai pengerjaan karya.
Ini adalah perjalanan yang berat untuk para adik2 perupa, perjuangan mengalahkan mood dan rasa malas. Mengalahkan perasaan: pameran masih lama.
Mengalahkan pula perasaan: ideku belum cukup baik, Belum pas dan belum sempurna.
Hingga waktu berjalan mendekat dan semua “kesempurnaan” harus mereka kejar dengan cepat. Konsep2 perlahan berubah menjadi nyata. Saatnya membuka beraneka teori dan membaca kanvas dari banyak kacamata.
Juru Rupa bukan satu2nya kegiatan di Klub Oase, bukan pula satu2nya kegiatan yang adik2 pilih, melainkan satu dari banyak kegiatan yang mereka tekuni.
Kemampuan membagi waktu dan menentukan skala prioritas adalah salah satu tantangan yang mereka pelajari dalam proses ini.
Ini membutuhkan keberanian untuk melalui proses. Karya yang mereka selesaikan harus dilanjutkan dengan sebuah presentasi kepada khalayak, bukan hanya kepada kami, orang2 yang telah mereka kenal.
•
23 November 2019,
akhirnya karya adik2 Juru Rupa dapat dipajang dan dinikmati oleh khalayak di sebuah ruang pamer yang dihadiri tidak hanya teman dan saudara, tapi juga mereka yang sama sekali tak mengenal kami. Selama 2 hari mereka tak hanya memajang karya, tapi juga mengundang pengunjung, menemani dan mempresentasikan apa yg telah mereka buat.
Semua karya keren!
dan dibalik karya2 keren itu ada adik2 yang telah sepenuh hati menerima kepercayaan dan tantangan orangtua untuk meletakkan salah satu milestone belajar mereka.
Kolaborasi luar biasa dari anak dan orangtua
kerja keras dan kreativitas yang didukung oleh cinta dan perhatian.
Spice Space lebih dari sekadar pameran.
Ia adalah satu harapan,
kebersamaan dan cinta yang mewujud dalam karya.
Penggemar seni rupa, Ibu rumah tangga dengan 2 orang anak, yang keduanya ikut dalam kegiatan Juru Rupa Klub Oase.
Biasa dipanggil Kak Dudi adalah seorang seniman paruh waktu dan fulltime father bagi 3 orang anak yang kesemuanya home schooler. Lulusan jurusan Seni Murni ITB ini sempat menjadi illustrator dan graphic artist di industri penerbitan dan web design, sebelum kemudian memutuskan untuk menjadi bapak rumah tangga.
Menjadi mentor Juru Rupa Klub Oase adalah berkah yang luar biasa baginya, karena dapat menemani para remaja luar biasa ini berproses untuk menghasilkan karya-karya yang luar biasa. Dudi juga merasa banyak belajar tentang daya tahan, konsistensi, dan semangat dari para perupa muda, ia belajar pula tentang cinta, perhatian dan dukungan semangat dari para orangtua mereka.
Seorang Ibu anak sekolah rumah yang merasa sangat bangga dapat mendukung unit Juru Rupa sebagai mentor. Lulusan Desain Komunikasi Visual Trisakti ini melihat potensi besar dari karya adik-adik perupa di usia yang masih sangat muda.
Beberapa kali dipercaya menjadi dosen tamu pengajar dan dosen tamu penguji pada prodi DKV, Vanda menilai kemampuan mencipta karya adik-adik perupa nyaris setara dengan mahasiswa. Hal ini membuat Vanda yakin, bahwa ke depan, Indonesia akan memiliki semakin banyak pekerja seni dalam bidang seni apapun yang menghasilkan karya berkualitas dan mampu menorehkan prestasi dunia.